TMMD, TNI AD berperan aktif dalam percepatan pembangunan daerah

Banjarmasin (ANTARA) – Tentara Nasional Indonesia (TNI), adalah nama yang disematkan untuk angkatan bersenjata Indonesia dalam menjaga pertahanan NKRI. Sejak tanah air merdeka pada 17 Agustus 1945, sejarah telah mencatat hampir delapan dekade TNI bersama rakyat menjadi benteng kokoh mengusir penjajah demi keutuhan bangsa dan negara. TNI diperkuat tiga matra, Angkatan Darat (TNI AD), Angkatan Laut (TNI AL), dan Angkatan Udara (TNI AU). Di antara ketiga matra ini, TNI AD adalah matra dengan jumlah pasukan terbanyak, mencapai 470.000 personel. TNI AD bertanggung jawab atas operasi pertahanan di darat, menjaga keamanan wilayah perbatasan darat dengan negara lain, melaksanakan pembangunan dan pengembangan kekuatan di darat, dan melaksanakan pemberdayaan wilayah pertahanan di darat.

Dalam melaksanakan pembangunan, pemberdayaan, dan pengembangan kekuatan di darat, TNI AD menilai perlu gebrakan untuk mewujudkan Kemanunggalan TNI dengan hadir langsung di tengah-tengah rakyat. Pada 1980, dalam misi pembangunan di desa, TNI mencetuskan program ABRI Masuk Desa (AMD) untuk mempererat hubungan dengan rakyat. Harapannya, kesejahteraan meningkat melalui pemerataan pembangunan infrastruktur. Setelah era reformasi, AMD berubah nama menjadi TNI Manunggal Membangun Desa (TMMD).

Sasaran TMMD pada bulan Februari 2024, TMMD memasuki pelaksanaan yang ke-119 melibatkan 50 Komando Distrik Militer (Kodim) se-tanah air. Tema yang diusung adalah “Dharma Bhakti TMMD Mewujudkan Percepatan Pembangunan di Wilayah”. Waaslog KSAD Bidang Faskon BMN Markas Besar TNI Angkatan Darat (Mabesad) Brigjen TNI Mahfud Ghozali mengatakan TMMD ke-119 untuk mewujudkan pemerataan pembangunan di daerah.

Ada empat sasaran TMMD ke-119, yakni daerah terisolir, daerah kumuh, daerah pulau terluar, dan daerah terdampak banjir. Sejalan dengan empat sasaran itu, Satgas TMMD119 Kodim 1007/Banjarmasin memusatkan pembangunan di Sungai Lulut, Banjarmasin, Kalimantan Selatan.

Sungai Lulut, desa ini diberi julukan sebagai penyangga pangan bagi Kota Banjarmasin. Penduduknya mayoritas petani. Meskipun daerah ini lahan basah yang kurang mendukung kegiatan pertanian, namun hasil pertanian padi di daerah ini terbilang andalan bagi Kota Seribu Sungai, julukan Banjarmasin.

“Sungai Lulut memiliki lahan pertanian sekitar 323 hektare, hingga saat ini masih menjadi penyangga pangan, khususnya saat harga beras naik,” kata Wali Kota Banjarmasin Ibnu Sina.

Karena kondisi geografis lahan basah, masyarakat di desa ini sering kali mengeluhkan infrastruktur jalan yang kurang mendukung, entah banjir atau air sungai surut, tetap menjadi bencana yang merugikan bagi petani. Wajar saja, daerah yang dijuluki seribu sungai, hampir setiap sudut kawasan ada anak sungai.

Kondisi geografis ini menjadi hambatan bagi masyarakat, apalagi di tengah keterbatasan anggaran pemerintah daerah, bukan hal yang mudah bagi warga Sungai Lulut mendesak pembangunan infrastruktur.

Karena kondisi geografis lahan basah pula, ditambah banyaknya titik jalan terputus, sehingga saat memanen hasil pertanian, 100 persen petani mengandalkan perahu kecil, Jukung namanya, alat transportasi untuk mengangkut hasil pertanian.

Pada 20 Februari 2024, Satgas TMMD ke-119 Kodim 1077/Banjarmasin berjumlah 180 personel memulai pembangunan sarana dan prasarana untuk mendukung aktivitas pertanian masyarakat di Sungai Lulut ini. Tentu ini menjadi kebahagiaan yang dinanti oleh warga Sungai Lulut. Di saat keterbatasan anggaran pemerintah daerah, Satgas TMMD hadir sebagai solusi membantu pemerintah daerah untuk memecahkan persoalan pemerataan pembangunan bagi daerah terluar seperti Sungai Lulut, berbatasan langsung dengan Kabupaten Banjar. Satgas TMMD memetakan sarana dan prasarana mendesak yang dibutuhkan warga Sungai Lulut. Setelah dipetakan, ada enam titik akses jalan putus yang selama ini menjadi kesulitan bagi petani, pembangunan jembatan mulai dirancang menggunakan bahan Kayu Ulin, kayu ini jadi pilihan karena tahan lama jika berada di lahan basah. Semakin lama di air, semakin kuat kayunya. Satgas TMMD membangun enam jembatan yang berjarak masing-masing hingga ratusan meter, untuk mempercepat proses, satgas dibantu masyarakat. Jembatan ini dibangun sekokoh mungkin. Menunggu progres bangunan jembatan selesai, beberapa satgas lainnya melaksanakan pembangunan sarana lain, mulai dari mushola, tempat wudhu, pos keamanan lingkungan, hingga MCK. Sarana ini memang terbilang tidak mewah bagi warga perkotaan, tetapi perhatian seperti ini sangat dibutuhkan bagi mereka yang tinggal di bantaran sungai kecil dan daerah terluar.

Pada 20 Februari 2024, Satgas TMMD ke-119 Kodim 1077/Banjarmasin berjumlah 180 personel memulai pembangunan sarana dan prasarana untuk mendukung aktivitas pertanian masyarakat di Sungai Lulut ini. Tentu ini menjadi kebahagiaan yang dinanti oleh warga Sungai Lulut. Di saat keterbatasan anggaran pemerintah daerah, Satgas TMMD hadir sebagai solusi membantu pemerintah daerah untuk memecahkan persoalan pemerataan pembangunan bagi daerah terluar seperti Sungai Lulut, berbatasan langsung dengan Kabupaten Banjar. Satgas TMMD memetakan sarana dan prasarana mendesak yang dibutuhkan warga Sungai Lulut.

Setelah dipetakan, ada enam titik akses jalan putus yang selama ini menjadi kesulitan bagi petani, pembangunan jembatan mulai dirancang menggunakan bahan Kayu Ulin, kayu ini jadi pilihan karena tahan lama jika berada di lahan basah. Semakin lama di air, semakin kuat kayunya. Satgas TMMD membangun enam jembatan yang berjarak masing-masing hingga ratusan meter, untuk mempercepat proses, satgas dibantu masyarakat. Jembatan ini dibangun sekokoh mungkin. Menunggu progres bangunan jembatan selesai, beberapa satgas lainnya melaksanakan pembangunan sarana lain, mulai dari mushola, tempat wudhu, pos keamanan lingkungan, hingga MCK. Sarana ini memang terbilang tidak mewah bagi warga perkotaan, tetapi perhatian seperti ini sangat dibutuhkan bagi mereka yang tinggal di bantaran sungai kecil dan daerah terluar.

“Desa ini memiliki potensi hasil pertanian, tetapi akses jalan sangat sulit. Semoga dengan hadirnya TMMD, desa ini semakin maju untuk menyokong pasokan pangan di Banjarmasin,” kata Bintara Pembina Desa (Babinsa) Sungai Lulut Peltu Erik.

Selain memulihkan kesenjangan infrastruktur, TMMD juga menilai pentingnya meningkatkan wawasan dan pengetahuan masyarakat desa. Ada kesenjangan sosial dirasakan yang selama ini tidak terungkapkan. Kondisi ini memang terbilang wajar karena di negara manapun tidak ada pembangunan yang berhasil 100 persen, tentu akan tetap ada kekurangan pada beberapa sektor. TMMD tidak ingin pembangunan infrastruktur nantinya sia-sia, satgas merancang pembangunan non fisik yang berkaitan dengan peningkatan sumber daya manusia (SDM).

Mulai penyuluhan pertanian, perikanan, lingkungan hidup, stunting, narkoba, keluarga berencana, pelayanan kesehatan gratis, edukasi wawasan kebangsaan, hukum, keamanan dan ketertiban masyarakat, hingga penyaluran bantuan sosial. Satgas TMMD diberikan waktu 30 hari untuk menyelesaikan dan memberikan solusi atas kebutuhan mendesak yang dialami masyarakat Sungai Lulut.

Source link